Kamis, 18 Mei 2017

Laron (Part 1)

Pic source by Google


"LARON"
Part 1
(Jika takut, kenapa kamu datang begitu dekat?)

Hujan yang mengguyur wilayahku seharian ini menyisakan suasana yang dingin, jalanan tampak sepi dan lengang, padahal jalanan depan kantorku itu jam 8 malam seperti sekarang biasanya masih dipenuhi kendaraan-kendaraan yang berebut hendak pulang ke rumah. Aku menutup tirai jendela kantorku dan beranjak membereskan laptopku karena hujan sudah reda. Rekan kerjaku masih banyak yang bekerja lembur, sebagai auditor di awal tahun seperti ini kami sudah biasa bekerja sampai pagi ataupun menginap di kantor, tidak terkecuali auditor perempuan seperti aku. Bahkan aku sudah dua hari tidak pulang karena mengejar deadline laporan klien, tapi malam ini aku  memutuskan pulang karena stock baju ganti yang aku bawa sudah habis.

Aku merapatkan jaketku saat melangkah di area parkir, hawa dingin yang aneh menyergapku, tumben sepi sekali malam ini, biasanya masih banyak driver–driver yang nongkrong di situ sekedar ngopi atau main kartu sembari menunggu majikannya pulang. Aku buru-buru menuju mobilku dan bergegas pergi. Belum ada setengah perjalanan menuju rumahku, aku merasa ada yang tidak beres dengan laju mobilku, pelan-pelan aku meminggirkan mobilku  dan berhenti. Benar saja mobilku mendadak tidak bisa di starter kembali, entah apa yang rusak tapi seharusnya tidak ada masalah dengan mobilku karena aku rutin untuk urusan servicenya. Aku menengok ke jalanan, hanya satu dua mobil yang lewat, sepi sekali dan tidak ada lampu penerangan di tempatku berhenti itu. Aku mencoba menelpon Dino temen kantorku yang masih dikantor tadi.
“Dino, mobilku mogok nih tiba-tiba, biasanya diapain ya?”
“Udah coba dicek aki nya belum?”
“Belum. Duh... Aku iseng nih mau turun sepi banget jalanan”
“Lah terus gimana? Perlu aku susulin kesitu? Tapi bisa setengah jam lebih nyampe situ”
“Ahh... Ogah, kelamaan. Ya udah aku turun dah, telepon jangan dimatiin dulu loh”
Aku membuka pintu mobil dan turun keluar. Ternyata lampu depan mobilku dikerubutin Laron yang bertebangan saling tabrak.
“Duh... Mobilku dikerubutin Laron coba, gila banyak banget” Ujarku sambil mengkibas-kibaskan tangan kananku yang memegang senter untuk menghalau kerumunan Laron.
 “Tenang aja, Laron gak bakal gigit kok” Terdengar tawa Dino disebrang telepon.
“Iya... Tapi kan geli” Kataku sambil membuka tutup kap mobil. Aku merasa kakiku dikerubutin Laron, tapi aku tahan.
“Udah keliatan nih Din akinya, terus diapain?” Tangan kananku mengarahkan lampu senterku ke arah aki mobil,  sedang tangan kiriku memegang handphone. Sejenak suara handphone-ku seperti hilang sinyal.
“Halo, Din... Dino”
“Itu kabel akinya kendur palingan,  coba kencengin aja”
“Ohh... dikencengin kaitannya doang? Lalu?”
“Sekarang coba di starter deh”
“Ok wait... “ Aku buru-buru ke kemudi dan menyalakan starter mobil.
Jezz.. Jezz ...  Brummm.... Brummm dan mobilku pun hidup kembali.
“Yee... Berhasil din, makasih yo” Seruku ke Dino di telepon, hening... Tidak ada sahutan dari Dino dari seberang sana.
“Halo... Din... Dino” Aku melihat ke layar hpku. Aku terkejut karena handphone ku ternyata dalam kondisi mati,  saat aku menelpon Dino tadi memang baterai nya sudah merah, tapi harusnya sebelum baterai nya ngedrop biasanya akan ada suara notifikasinya dulu, dan aku yakin tadi tidak ada bunyi warning dari baterai.
“Ja... Jadi.. . Suara siapa tadi dong?” Tiba-tiba kakiku terasa lemas dan kaku, bulu kudukku merinding seketika, tanganku gemetar hingga lampu senter yang aku pegang jatuh.
“Nah... Itu dia hp nya ketemu! Tolong ambilkan dong” Sebuah suara pria tiba-tiba terdengar setengah berseru. Deg! Aku makin lemas karena disitu tidak ada orang lain selain aku, ingin rasanya berteriak tapi entah kenapa lidahku kelu, aku berdiri terpatung dengan kaki gemetaran. Sejenak, aku berusaha menyadarkan diriku bahwa tadi hanya salah dengar, ya... dari dulu aku tidak pernah percaya adanya hantu. Aku menarik nafasku dalam-dalam dan membuka pintu mobil. Tapi aneh pintu mobilku tiba-tiba terasa begitu berat, aku berusaha menariknya supaya terbuka lebih lebar tapi entah apa yang terjadi pintu itu  seperti ditahan oleh sesuatu.
 “Hei... Jangan pergi dulu, tolonglah aku, ”Suara  itu kembali terdengar. Kali ini aku tidak bisa lagi menahan rasa takutku karena aku yakin suara aneh itu benar terdengar oleh telingaku.
“Ahhh... To... Tolong!” Aku mencoba berteriak tapi suara yang keluar dari bibirku malah begitu lirih.
“Hei... Jangan takut. Aku gak jahat kok. Ini aku yang tadi  bantuin benerin mobil kamu”
 Aku menoleh ke sekelilingku mencari sumber suara itu, tapi tidak ada siapa-siapa selain aku disitu.
“Kamu siapa? Tolong jangan ganggu aku” Nada suaraku setengah memohon karena aku benar-benat ketakutan. Aku mencoba membuka pintu mobil supaya terbuka lebih lebar, tapi aku terkejut saat tanganku seperti menyentuh tangan seseorang, ya... ternyata ada tangan lain yang  memegang pintu mobil itu, dan yang membuat mataku terbelalak ketakutan adalah .... Tangan itu tanpa badan pemiliknya!.

*Bersambung*