Sabtu, 16 September 2017

We Deserve to be Happy



Ada pesan masuk:
Bee... Aku mergokin mereka dirumahku sendiri hari ini, apa kamu tetap menyarankanku untuk tetap bertahan??? Maaf... Kali ini aku sudah gak bisa.

Deg!
Ahh... begitu banyak cerita masuk dari teman-teman sendiri belakangan ini, dan saran saya tetap sama: Don't divorce! Don't divorce! Don't divorce!.

Diatas adalah curhatan awal tahun lalu, dan kemarin ada chat masuk: "Aku sudah resmi bu, putusannya sudah keluar"

Menyedihkan buatku saat kemudian kalian hanya akan saling memandang tanpa saling mengenal. Dan tetap saja ada tanya dalam hatiku, ini tentang waktu yang tak lagi memberi kesempatan atau masing-masing sudah tak saling ingin memperjuangkan?

Ahh... Sudahlah, kadang memang kita harus mengikhlaskan sesuatu, bukan karena tak sayang tapi melainkan karena kita tahu ada sesuatu yang memang tidak bisa dipaksakan. Apapun jalan yang kalian tempuh, satu hal dariku, kalian semua berhak bahagia.

*peluk jauh dari sahabatmu ini*

Catatan:
Yang paling aku takutkan adalah mampu menasehati seseorang tapi aku sendiri lalai dalam menjalankan nasehat tersebut. Mianhe (+_+)

Hanya Untuk Saling Kenal, Bukan Saling Tinggal



Pada akhirnya yang bisa kulakukan hanya memandangimu dari jauh, semua orang terlihat lebih dekat denganmu hingga aku merasa tidak ada ruang untukku masuk.

Aku tahu, tidak semua penyakit ada obatnya, begitu juga dengan rindu. Tidak semua rindu ada penangkalnya, tapi entah kenapa aku masih begitu bodoh tetap disini.
Kau tahu, setiap hari aku melarikan diri dari diriku sendiri, menyumpal telinga dengan puluhan lagu dan ditemani segelas kopi dingin kemudian menyibukan pikiran dan mataku dengan apa saja yang terlihat didepanku, laptop, handphone, tv, dan apapun yang bisa membuat mataku bergerak, aku hindari pandangan mati seperti tembok, langit-langit kamar bahkan kegelapan luar, karena setiap mataku berhenti pada sesuatu yang kosong, aku kembali berhalunisasi seperti merasa melihatmu. Dan aku merasa kehilangan banyak hal dari diriku.

Kau mungkin bisa menghindari ragaku, tapi apa kau disana benar-benar bisa menghindari rindu itu? Aku tahu, biarpun kita sudah bertukar pesan ribuan kali, tapi hal itu tetap tidak bisa mendekatkan kita sejengkal pun. Ya... Mungkin pertemuan kita hanya untuk saling kenal, bukan saling tinggal. Tapi ketahuilah, bagi yang terlanjur mencintai, pergi bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi melupakan. Jangan mudah pergi saat hati sudah terlanjur nyaman.

Ah... Setidaknya jika hatiku kelak berantakan lagi, aku bisa membaca cerita ini dan mengingat, dalam satu hari dihidupku, aku pernah bahagia bersamamu. Mengingat ini saja sudah cukup menenangkan buatku.

*Rindu*