Jumat, 20 April 2018

Lelaki Yang Sedang Dalam Pangkuan


Malam itu, di sebuah sudut hotel, tampak seorang wanita berdiri ragu di depan pintu sebuah kamar, tangannya menggenggam erat tepi bajunya seakan mengumpulkan keberanian. Wajahnya sedikit pucat entah karena udara terlalu dingin akibat hujan yang turun sejak sore atau karena rasa cemas yang tergambar jelas di wajahnya. Klara nama wanita itu, pikiran yang berkecamuk dalam kepalanya yang menahan tangannya untuk mengetuk pintu kamar didepannya, dia menghela nafas berat antara meneruskan niat untuk masuk atau tidak, tapi sekejap bayangan anaknya yang terbaring lemah di rumah sakit membuat tangannya tiba-tiba mengetuk pintu itu. Ya… aku harus bergegas cepat supaya bisa segera menemui anakku,” batin Klara. Pintu pun terbuka, Klara tidak berani mengangkat wajahnya, dia sudah berniat melakukannya dengan cepat tanpa melihat seperti apa orangnya, sepasang kaki berdiri di depannya.

“Masuk,” Ujar Lelaki yang membukakan pintu untuk Klara. Klara masuk dengan tetap menundukan kepalanya. Sekilas Klara melihat suasana kamar, hanya ada sebuah tempat tidur besar dan meja kecil yang diatasnya ada beberapa botol minuman keras bekas diminum.

“Duduklah,” Suara parau lelaki itu menyuruh Klara dan kemudian masuk ke kamar mandi, tidak lama terdengar bunyi air closet di flush. Klara tidak bisa menyembunyikan deg-degan di hatinya, sebentar lagi akan dimulai, pikirnya. Lelaki itu keluar dan duduk membelakangi Klara yang duduk di ranjang sisi sebelahnya. Terdengar lelaki itu menegak minuman, Klara menunggu dengan gelisah. Menit ke menit berlalu, lelaki itu tidak kunjung mendekati Klara, dia hanya terdiam lama tiada suara, melamun sendiri dan berkali – kali menenggak minumannya, entah apa yang dipikirkan lelaki itu tapi sudah hampir 2 jam Klara didiamkan, dia mulai gemas bercampur cemas, dia takut kalau lelaki itu tidak jadi memakai jasanya karena dia benar-benar sedang butuh uang segera.

   “Maaf, bisakah kita mulai? Nanti waktu saya keburu habis,” Klara memberanikan diri menanyakan. 
“Kenapa? Apa ada pelangganmu yang lain juga menantimu?” Suara lelaki itu terdengar semakin serak terlalu banyak minum. Klara menghela nafas mendengarnya.
   “Ini pertama kali buat saya, baru anda yang memanggil saya,” Ujar Klara.
   “Ohya? Woww… Tersanjung dong aku,” Kali ini terdengar sinis. Klara berdiri, mematikan lampu utama dan membuka baju atasannya. Suasana kamar semakin remang – remang, hanya ada Cahaya kecil dari lampu tidur yang redup.
   “Tolonglah, mari lakukan dengan cepat, saya benar – benar tidak punya waktu banyak,” Suara Klara terdengar memohon. Lelaki itu masih duduk membelakanginya, dan kembali meminum minumannya.
   “Jujur, ini juga pertama kali buatku, temanku yang memesanmu buatku tapi kenapa kamu tidak segenit perempuan-perempuan panggilan yang sering digambarkan di film atau buku-buku?” Lelaki itu berdiri tapi bukan menuju ke Klara tapi malah membuka tirai jendela kamar hotel, menatap langit yang gelap di luar sana, entah apa yang dipikirkannya.
   “Maaf kalau kurang menyenangkan hati anda, saya harus bagaimana? Ini baru buat saya,”Tanya Klara. Lelaki itu menutup kembali tirai jendela dan melangkah mendekati Klara. Klara menunduk tidak berani menatap wajah lelaki asing di depannya itu, hatinya berbisik,”Yang terjadi terjadilah… Semoga Tuhan mengampuni dosaku ini”. Lelaki itu berdiri tepat di depan Klara, dia menaikan baju bagian atas Klara yang tadi terbuka dan memegang kedua bahu Klara lalu mendudukannya. Lelaki itu duduk di lantai kamar dan meletakan kepalanya di pangkuan Klara.
   “Aku sedang tidak benar-benar ingin melakukannya,” Klara tercekat dengan yang dilakukan lelaki itu. Suara lelaki itu terdengar mengandung kesedihan, sekilas bau alkohol dari lelaki itu mulai menyengat hidung Klara.
   “Jadi, anda tidak ingin memakai saya?” Tanya Klara, dia tidak bisa menutupi degup jantungnya yang tidak beraturan karena baru kali ini sedekat ini dengan lelaki selain suaminya.
   “Iya tidak, aku hanya ingin seperti ini sejenak,” Lelaki itu memejamkan matanya di pangkuan Klara.
   “Tidak, anda harus memakai saya, saya benar-benar butuh uang untuk anak saya” Suara Klara bernada khawatir. Lelaki itu tertawa kecil.
   “Tenanglah... Aku tetap bayar full kamu,” Mendengar kalimat itu, dada Klara terasa plong. Lama mereka berdua hanya terdiam tenggelam dalam pikirannya masing – masing. Klara merasa di selamatkan Tuhan. Dia menatap wajah lelaki yang di pangkuannya, tapi Cahaya yang redup menyamarkan wajah lelaki itu, ada rasa ingin melihat wajah orang baik di depannya itu.
   “Anak kamu kenapa?” Tanya lelaki itu memecah keheningan
   “Dia kecelakaan beberapa hari lalu dan harus segera di operasi, tabungan saya kurang itulah kenapa saya terpaksa melakukan ini,” Mata Klara tiba-tiba berkaca-kaca begitu mengingat anaknya.
   “Suami kamu?”
   “Tidak ada,” Jawab Klara singkat.
   “Dimana? Sudah meninggal?”
   “Entah, saya pun masih mencarinya, dia pergi,”
   “Bagaimana bisa dia pergi meninggalkan anak istrinya begitu saja? Pengecut berarti dia,” Kata Lelaki itu ingin tahu.
   “Ahh… Maaf, saya tidak ingin berbagi cerita dengan orang yang tidak saya kenal,” Ujar Klara.
   “Oh… Oke… Oke… Maaf kalau aku jadi terlalu banyak bertanya,” Kami terdiam kembali sesaat. Tidak lama, Klara membuka suara.
   “Saya dengar dari teman saya, anda mencari seorang perempuan yang telah menjadi ibu untuk menemani anda malam ini, boleh tahu alasannya?”
   “Ini alasannya,” Lelaki itu membenarkan posisi kepalanya di pangkuan Klara. “Bisa meletakan kepala di pangkuan seorang ibu saat banyak masalah itu menenangkan,”
   “Ohh… ,” Klara mengangguk – angguk mengerti.
   “Waktu kecil, pangkuan ibuku yang paling nyaman, setelah menikah, ada pangkuan wanita yang sehangat ibuku yaitu istriku,”
   “Ohh… Punya istri? Lalu kenapa melakukan ini? Bukankah ini akan menyakiti hati istri anda?” Giliran Klara yang ingin tahu. Lelaki itu tidak menjawab, dia menghela nafas lalu menarik tangan Klara untuk mengusap kepalanya.
   “Bisakah tanganmu mengusap rambutku seperti ini? Dulu, aku paling suka di usap-usap seperti ini oleh istriku,” Pinta lelaki itu. Klara terdiam sejenak, dia tiba-tiba teringat akan suaminya yang juga selalu meminta dia mengusap-usap kepala saat mau tidur. Tanpa disadari tangan Klara mengusap-usap pelan kepala lelaki itu.
   “Hhh… Sungguh menenangkan,” Kata lelaki itu.
   “Dia pergi? Atau…,” Tanya Klara meneruskan pertanyaannya yang belum lelaki itu jawab.
 “Tidak, aku yang pergi meninggalkannya,” Suaranya terdengar lirih. Klara terdiam mendengarnya, tapi belum sempat Klara bertanya kembali, suara lelaki itu sudah terdengar lagi.
   “Aku tidak bisa menghidupinya dengan baik, entahlah dulu sekuat apapun aku bekerja tapi ekonomi kami selalu susah, aku malu pada orang tuanya, jadi aku putuskan untuk pergi meninggalkan mereka untuk membuktikan bahwa aku bisa bekerja dan menghasilkan banyak uang untuk mereka”
   “Lalu?” Klara semakin tertarik dengan cerita lelaki itu.
   “Yah… Sebulan lalu aku kembali, dan aku tidak menemukan mereka lagi,” Lelaki itu kembali membetulkan posisi kepalanya. “Padahal aku membawa banyak uang untuk membahagiakan mereka, tapi mereka sudah tidak ada dan orang tuanya pun sama sekali tidak mau memberitahuku keberadaan mereka,” Klara merasa pangkuannya terasa hangat, ya… lelaki ini menangis. Klara mengusap-usap kepala lelaki itu dengan lembut. Kali ini kami terdiam lama hingga lelaki itu tertidur di pangkuan Klara dan Klara pun lama – lama tertidur dalam duduknya.

***

   Klara terbangun kaget saat lelaki itu terbangun dari pangkuannya.
   “Wah… Maafkan aku, aku ketiduran,” Ujarnya sambil melihat kearah jam di dinding dan dia merasa bersalah.
   “Kamu harus menemui anakmu ya? Sorry, aku benar-benar terlalu nyaman di pangkuanmu,” Lelaki itu meminta maaf lagi dan mengambil dompetnya.
   “Tidak apa, saya juga ketiduran tadi,” Kata Klara sambil merapikan rambutnya.
   “Ini buat kamu, terima kasih atas waktunya” Lelaki itu menyodorkan sejumlah uang ke Klara. Klara menatap lelaki didepannya yang masih tidak jelas wajahnya karena penerangan lampu yang masih redup.
   “Saya berterima kasih sekali atas bantuan anda, semoga Tuhan yang membalas kebaikan anda,”
   “Hitung dulu, kalau masih kurang buat biaya operasi anak kamu, katakan padaku,” Lelaki itu berkata sambil berjalan menyalakan lampu. Seketika kamar itu terang benderang, Klara memejamkan matanya sejenak karena merasa silau, dia membuka matanya dan dia melihat lelaki yang memberinya uang tadi sedang berdiri terpana di depannya.
   “Kamu…,” Suara lelaki itu tercekat begitu melihat wajah Klara secara jelas. Klara tidak kalah terkejutnya, matanya terbelalak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, tubuhnya tiba – tiba lemas, uang yang digenggamannya jatuh berantakan ke lantai. Klara benar – benar shock melihat sosok lelaki itu, lelaki yang selama ini menjadi alasan dia tidak menuruti perintah orang tuanya  untuk menikah lagi dan memilih kabur dari rumah bersama anaknya, lelaki yang sudah berbulan – bulan dia cari – cari, ya… lelaki itu ternyata adalah suaminya sendiri. Lelaki itu jatuh terduduk dan bersujud berkali – kali berterima kasih kepada Allah atas kejutan yang dia terima, kemudian memeluk Klara dan mereka pun menangis berdua dengan penuh syukur.

"Bukankah kita pernah sama-sama sepakat bahwa point mencintai itu terletak pada rasa nyaman? Untuk itulah hati ini masih disini untukmu, hati yang telah dipenuhi rasa yang membuat kita saling ketergantungan, rasa yang selalu bisa membuatmu heran karena kamu sendiri bahkan tidak bisa menjabarkannya dengan kata apapun. Lalu mengapa kamu pada akhirnya pergi? Tetaplah disini, lelakiku. Jangan pergi lagi"


*SEKIAN*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Budayakanlah komentar dan saran dengan bahasa yang baik dan sopan.